2.2.a.9 Koneksi Antar Materi_Pembelajaran sosial Emosional
Oleh:Evi Susanti, S.Pd
CGP Angkatan 4 OKI
Mind Map Pembelajaran Sosial Emosional
Koneksi Antar Materi Pembelajaran Sosial dan Emosional
Visi Guru
Penggerak sesuai dengan nilai dan peran yang ingin dicapai yaitu "Terwujudnya merdeka belajar dan murid yang berprofil Pelajar Pancasila", hal tersebut
dapat diwujudkan melalui budaya positif dalam ekosistem sekolah yang memenuhi
kebutuhan belajar individu setiap murid hingga tercapai merdeka belajar sesuai
dengan kodrat alam dan kodrat zaman dalam filosofi pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan praktek pebelajaran yang berhamba pada anak melalui pembelajaran
berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional ( PSE ).
Pendidikan
bukan hanya proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan namun bagaimana seorang
guru dapat menuntun anak menemukan kodrat jati diri, karakter dan budi pekerti.
Untuk dapat menumbuhkan hal ini anak-anak harus di latih dengan berbagai
kegiatan, mereka terbiasa melakukan ketrampilan-ketrampilan yang mereka
butuhkan agar dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan
menemukan solusi untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi, dan tentu saja
proses ini akan mengajarkan mereka menjadi pribadi-pribadi yang bijaksana dan
berbudi pekerti luhur. Pembelajaran Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis
keterampilan dalam mendidik yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam
masalah dan memiliki kemampuan memecahkan masalah.
Sebagai
seorang guru, kita dihadapkan dengan beragam masalah, baik itu masalah dari
murid, rekan kerja, orang tua, atasan, atau pun masalah yang timbul dari
banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat guru menjadi tertekan. Keadaan
seperti ini tentunya akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol
emosi menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi
sesuatu yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dalam
berkesadaran penuh, seorang guru dapat mengelola konflik, mengelola stress,
mengetahui cara berinteraksi dengan orang lain, mengetahui cara untuk memahami
diri sendiri, merasakan dan mengenali pikiran, perasaan dan lingkungannya.
Dengan memahami emosi diri maka akan membantu kita untuk dapat merespon
terhadap kondisi yang sedang dialami secara tepat, merespon secara lebih baik.
Hal ini tidak hanya akan berdampak pada wellbeing diri tetapi dapat juga
membantu menjadi role model bagi murid-muridnya.
Menurut Ki
Hajar Dewantara, guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya.
Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja
benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda
jenisnya. Misalkan untuk merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan
merawat benih padi. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan
kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah.
Begitu juga
kita sebagai guru harus jeli dalam melihat keberagaman kebutuhan siswa, ada
yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan
sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan,
pendengaran, atau kinestetik. Semua harus kita akomodir dalam proses
pembelajaran
Pembelajaran
berdiferensiasi yag dilakukan oleh seorang guru menjadi jawaban atas kebutuhan
individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam dan zamannya. Pembelajaran
berdiferensiasi akan memenuhi setiap kebutuhan masing-masing murid dengan
memperhatikan faktor kesiapan murid, minat/bakat, dan gaya belajar murid.
Dalam proses
pembelajaran hendaknya guru juga memasukan pembelajaran sosial-emosional.
Apakah pembelajaran sosial-emosianal itu? Pembelajaran Sosial-Emosional
(PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam
masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan
mereka menjadi orang yang baik. Tidak bisa dipungkiri dalam melaksanakan
tugas sebagai guru, pasti banyak masalah yang kita hadapi. Baik itu masalah
dari murid, rekan kerja, orang tua, atasan, atau pun masalah yang timbul dari
banyaknya tuntutan pekerjaan yang membuat stress atau tertekan.Keadaan seperti
ini tentunya akan mengganggu proses pembelajaran di kelas. Kontrol emosi
menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sesuatu yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Pembelajaran
Sosial Emosional adalah pembelajaran berbasis keterampilan dalam mendidik yang
dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah dan memiliki kemampuan
memecahkan masalah. Guru mendidik hati dan jiwa si anak untuk menjadi lebih
baik dan nyaman dalam menerima pembelajaran yang diberikan guru, serta merasa
terlindungi oleh guru dalam lingkungan pembelajaran maupun lingkungan sekolah
Kompetensi sosial-emosional
adalah :
1. Kesadaran
Diri – Pengenalan Emosi
2. Pengelolaan
Diri – Mengelola Emosi dan Fokus
3. Kesadaran
Sosial – Keterampilan Berempati
4. Keterampilan
Berhubungan Sosial – Daya Lenting
5. Pengambilan
Keputusan yang bertanggung jawab
Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional
1. Memberikan
Pemahaman ,penghayatan dan Kemampuan untuk mengoelola emosi
2. Menetapkan
dan mencapai tujuan positif
3. Merasakan
dan menunjukkan empati kepada orang lain
4. Membangun
dan mempertahankan hubungan yang positif
5. Membuat
keputusan yang bertanggung jawab ( Responsible Decision Making )
Bagaimana Penerapannya ?
1. Rutin (
diluar waktu belajar sekolah )
2. Terintegrasi
dalam pembelajaran
3. Protokol (
sesuai dengan budaya atau aturan sekolah )
Rutin
: Waktu khusus di luar kegiatan akademik, misalnya kegiatan ektrakurikuler,
perayaan hari-hari besar, pelatihan dan sebagainya.
Terintegrasi dalam mata pelajaran : misalnya melakukan refleksi setelah
menyelesaikan sebuah topik pembelajaran.
Protocol (budaya
atau tata tertib) menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi
kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau sebagai
kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.
Implementasi Pembelajaran Sosial dan
Emosional (PSE) dapat dilakukan dengan 4 cara:
1. Mengajarkan
Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara spesifik dan eksplisit
2. Mengintegrasikan
Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik
mengajar guru dan gaya
interaksi dengan murid
3. Mengubah kebijakan dan ekspektasi
sekolah terhadap
murid
4. Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.
Pendekatan SEL yang efektif
seringkali menggabungkan empat elemen yang diwakili oleh akronim SAFE
1. Sequential/berurutan: Aktivitas yang terhubung
dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan
2. Active/aktif: bentuk Pembelajaran Aktif yang melibatkan murid untuk menguasai
keterampilan dan sikap baru
3. Focused/fokus: ada unsur pengembangan keterampilan
sosial maupun
personal
4. Explicit/eksplisit: tertuju pada pengembangan keterampilan sosial dan
emosional tertentu
secara eksplisit.
Lalu apa
hubungannya berkesadaran penuh (mindfulness) dengan pembelajaran
sosial-emosianal? Menurut Hawkins (2017) latihan berkesadaran penuh
(mindfulness) dapat membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness)
dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
kondisi berkesadaran penuh, niscaya kita bisa merespons sesuatu hal atau
masalah dengan baik dan mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab.
Kita bisa melatih diri berkesadaran penuh dengan teknik S-T-O-P. STOP merupakan
akronim dari:
S – Stop: kita berhenti sejenak dari
aktivitas atau kegiatan
T – Take a deep breathe (tarik
nafas dalam)
O – Obeserve (amati)
P – Proceed (lanjutkan)
Hubungan Mindfulness dan Kompetensi Sosial Emosional
(Hawkins, 2011)
Contoh-contoh teknik yang dapat
menumbuhkembagkan kompetensi sosial dan emosianal :
1. Bernafas
dengan kesadaran penuh
2. Identifikasi
perasaan
3. Melukis
dengan jari
4. Membuat
jurnal diri
5. Membuat
puisi akrostik (puisi yang awal kalimat atau kata-katanya ditulis berdasrkan
huruf-huruf dari judul puisi tersebut).
6. Membuat
kolase diri
7. Memeriksa
perasaan diri
8. Menuliskan
ucapan terima kasih
9. Mengidentifikasi
emosi
10. Mindful eating
11. Cari teman baru
12. Mengenali situasi
menantang
13. Latihan menyadari
kondisi tubuh (body scanning)
14. Kegiatan menulis
surat
15. Kegiatan role play
komunikasi aktif
16. Kegiatan menulis pengalaman bekerja sama dalam kelompok
Untuk dapat
mengembangkan kompetensi sosial dan emosional murid secara optimal, seorang
guru harus menjalankan peran serta memiliki nilai kemandirian, reflektif
dan kolaboratif dan inovatif serta berpihak pada murid. Melaksanakan
pembelajaran berdiferensiasi di mana seorang guru mampu memetakan pembelajaran
berdasarkan kebutuhan individu murid yang berbeda-beda berdasarkan kodrat alam
dan zamannya. Mengoptimalkan kekuatan dan potensi untuk menerapkan Budaya
Positif disekolah merupakan strategi efektif dalam membentuk nilai-nilai
karakter anak. Jika Pembelajaran sosial dan emosional ini menjadi budaya
positif di sekolah maka akan lebih mudah diterapkan karena menjadi sebuah
budaya yang menjadi komitmen bersama dalam membangun generasi bangsa cerdas dan
berkarakter mewujudkan Profil Pelajar Pancasila
Komentar